SEJARAH PERKEMBANGAN ANTROPOLOGI
ARYANI WIDHIASTUTI
E0010055
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2010
LATAR BELAKANG SEJARAH ANTROPOLOGI
Etnografi
merupakan bagian-bagian dari Antropologi, yang telah lama dikerjakan
orang-orang dari berbagai bangsa. Sebagai contoh, telah ditemukannya
tulisan-tulisan Herodotus di dunia barat. Herodotus adalah seorang
berkebangsaan Yunani, beliau disebut sebagai bapak dari sejarah dan Etnografi.
Penulisan pada masa itu masih bersifat sangat subyektif dan mengandung sifat
purbasangka dan etnosentrisme. Herodotus berpendapat bahwa orang-orang Mesir,
Libya, dan Persia itu belum beradab. Pepatah mengatakan bahwa yang beradab itu
hanya bangsanya sendiri, sedangkan bangsa lain belum beradab. Herodotus
memandang aneh kebiasaan-kebiasaan orang-orang asing yang bukan termasuk
bangsanya, maka dia mencatat adapt kebiasaan orang-orang tersebut dan ingin
mempelajarinya lebih dalam lagi.
Pada
zaman Romawi, ditemukan juga catatan-catatan Etnografi dari Tacius dan Caesar.
caesar membuat catatan tentang bangsa Germania dan Galia. Catatan itu ia buat
ketika ia memimpin tentara ke Eropa Barat sampai Inggris. Perbedaan penulisan
catatan antara Caesar dengan Tacius terletak pada gaya penulisannya. Catatan
Caesar ditulis secara sistematis, sedangkan Tacius menulis dengan gaya yang
lebih hidup, yang timbul dari rasa marah akan kelemahan-kelemahan pemerintahan
Roma. Tulisan-tulisan dua perwira ini tidak menggambarkan satu susunan yang
teratur.
Tulisan
Etnografi juga ditemukan di bangsa Tionghoa dan bangsa India, karena pada zaman
itu, mereka juga sudah mengenal tulisan. Tetapi tulisan-tulisan yang ditemukan
tidak sebanyak yang ditemukan di Yunani dan Romawi. Hal itu disebabkan karena
bahan-bahan yang dikerjakan secara sistematis dan metodis umumnya terdapat di Eropa.
Tulisan Etnografi bangsa Tiongkok ditemukan pada zamann dinasti Han, yang
membahas mengenai bangsa Han Nu yang berada di batas Tiongkok sebelah Barat
Daya.
Dari
seorang Arab yang bernama Ibnu Batutah, kita juga bisa mendapati tulisan
Etnografi. Ia mengembara di daerah-daerah di Asia Tenggara, sehingga banyak
mengetahui negari-negeri tersebut.
Dan
di saat Konstantinopel diduduki oleh Turki pada tahun 1453, Eropa Barat tidak
dapat berdagang lagi dengan dunia Timur melalui jalur tradisionil. Lalu mereka
mencari jalan baru dengan berpencar secara berkelompok. Ada kelompok yang
melalui Kutub Utar, ada yang melewati Afrika Selatan, adapula yang mencoba
berlayar ke Barat. Setiap kelompok diikuti oleh paderi-paderi katolik. Dari
Paderi-paderi katolik-lah kita mendapati etnografi dari berbagai bangsa dan
suku bangsa.
Marcopolo
( Polo ) juga ikut menyumbang tulisan-tulisan Etnografi. Ia menyusun kitab yang
berjudul “Kitab tentang Kerajaan dan keajaiban di dunia Timur”, diterbitkan
tahun 1447. Polo dan keluarga mengembara
di Asia selama 20 tahun, mereka tinggal di Istana Khubilai Khan. Disinilah ia
menemukan perbedaan-perbedaan kebiasaan dengan dunia Barat. Misalnya, uang yang
dibuat dari kertas dan diberi cap dan ditanda-tangani, yang mempunyai
bermacam-macam nilai. Dari catatannya, diketahui bahwa Marcopolo pernah singgah
di Indonesia. Polo berlayar dari pantai laut Tiongkok Selatan menuju Pantai
Jazirah Malaya kemudian menyusuri pantai pulau Sumatera menuju ke utara.
Singgah di sebekah pelabuhan Ferlec atau Perlak. Marcopolo menulis semua
pengalamannya itu saat ia dipenjara di Genoa, saat terjadi perang antara
Venesia-Genoa. Jadilah tulisan-tulisan tersebut menjadi Etnografi yang baik.
Penulisan-penulisan
Etnografi pada waktu itu masih bersifat subyektif, dan penilaian-penilaian yang
digunakan dalam melihat kejadian amat dipengaruhi oleh pikiran dan kepercayaan
yang berlaku pada zaman itu. Sebagai contoh pada Abad Pertengahan. Pandangan
hidup pada Abad Pertengahan adalah Theosantris yaitu kebudayaan yang berpusat pada
gereja. Gereja mengatur masyarakat dengan ajaran bahwa aturan social itu tidak
dapat salah.
Sejak
jatuhnya imperium Romawi, pengaruh gereja semakin besar, dan puncaknya pada
abad ke-13. filsafat gereja mendapat kebesaran dalm pekerjaan Thomas Aquinas. Meski
teori pada waktu itu bersifat spekulatif, yaitu ditujukan untuk memperkuat ajaran
yang diajukan oleh kitab suci dan tafsirannya, tetapi penyelidikan Etnologi
mulai tumbug dan maju.
Yang
pertama melakukan adalah Yoseph Francis Lafitau, seorang padri dari orde Jezuit
bangsa Perancis, bekerja di Kanada sebagai missi agama. Ia menyelidiki tentang
berbagai persamaan antara kebiasaan, tatasusila orang-orang Indian dengan
adapt-istiadat bangsa dari zaman kuno di Eropa. Kemudian ia membaut sebuah buku
yang berjudul “Moeurs des souvages americains compares aux moeurs des premiers
temps” (1724). Bahan perbandingan yang dihunakan Lafitu hanya bangsa Indian
yang hendak dinasranikan.
Birkert
Smith berpendapat bahwa ahli etnologi zaman modern adalah Jens Kreft, guru besar
akademi di Soro. Kitabnya berjudul “Sejarah pendek tentang lembaga-lenbaga yang
terpenting, adapt dan pandangan-pandangan orang liar” (1760). Buku itu kemudian
diterjamahkan kedalam bahasa Jerman, dengan nama “Dia Sitten der Wilden”
(1766). Ia menulis tentang 2 bangsa Indian, yaitu bangsa Lule dan bangsa
Caingua di Amerika, yang ia sangka kedua bangsa itu masih mempunyai kebudayaan
yang sangat rendah. Namun setelah kedua bangsa itu ia selidiki, ternyata
kebudayaan bangsa-bangsa tersebut tidak serendah yang ia sangka. Jens Kreft
adalah orang yang pertama kali menulis buku etnologi umum dengan memperhatikan
tentang kehidupan ekonomi masyarakat, agama dan kesenian.
Adolf
Bastian adalah orang yang mendorong penelitian yang bersifat lebih ilmiah dan
sistematis, memberikan dasar pada kepada pandangan kesatuan dari kebudayaan.
Volkergedanken timbul dari Elementargedanken, pengaruh dari milleau geografis
yang menyebabkan keanekaragaman kebudayaan. Tiap-tiap kebudayaan akan
berkembang sesuai dasar dan lingkungannya.
Penyelidikan
tentang Antropologi lebih pesat setelah diketahuinya hubungan antara bahsa
Sansekerta, bahasa Latin, Yunani dan Germania. Maka muncul penyelidikan
bersifat histories komparatif. Didirikan juga museum-museum dan lembaga-lembaga
etnologi. Museum-museum itu diantaranya:
Ø Museum
Etnografi ( G.J. Thomson ) di Kopenhagen.
Ø Museum
Etnologi di Hamburg 1850
Ø The
Peabody Museum Of Archeolohy and Ethnology di Harvard 1866
Ø American
Etnological society di New York 1842
Ø Etnological
society of London di Inggris 1843
Ø The
Bereau of American Ethnology tahun 1875
Pada
abad 20 perkembangan penyelidikan etnologi semakin pesat, pusat penelitian
perkembangan etnologi dan antropologi sudah tersebar di Negara-negara Amerika
Serikat, Inggris, Afrika Selatan, Australia, Eropa Barat, Tengah dan Utara.
Di
Indonesia penelitian perkembangan etnologi atau antropologi social yang
dikerjakan oleh universitas baru dimulai setelah Perang Dunia 2, dengan
berdirinya Lembaga Penyelidikan Bahasa dan Budaya ( Instituut voor Taal en Cultuur
Onderzoek ) di Universitas Indonesia.
Mengenai
sejarah pikiran-pikiran Antropologi sejak pertengahan abad 19, sejak ilmu ini
berdiri secara otonom dan dipelajari secara khusus.
SEJARAH PERKEMBANGAN ANTROPOLOGI BUDAYA
v FASE PERTAMA ( Sebelum
1800 )
Sejak
akhir abad ke-15, bangsa Eropa berlomba untuk menjelajahi suku-suka bangsa
pribumi Afrika, Asia, dan Amerika. Setelah melalui proses panjang, kira-kira 4
abad lamanya, pengaruh Negara-negara Eropa Barat pun mulai menyebar di berbagai
belahan dunia. Sehingga banyak terdapat kumpulan buku yang berupa himpunan
besar dari bahan pengetahuan berupa diskripsi tentang keanekaragaman suku
bangsa pribumi Afrika, Asia, dan Amerika baik dari adapt istiadat, susunan
masyarakat, maupun bahasa dan cirri-ciri fisik. Hal itu menimbulkan
ketertarikan bangsa Eropa, karena semua itu sangat berbeda dengan keadaan
bangsa Eropa. Bahan pengetahuan itu disebut bahan Etnografi, yaitu diskripsi
tentang bangsa-bangsa. Sejak abad 18, kalangan terpelajar Eropa Barat tertarik
untukmempelajari bahan-bahan Etnografi itu. Mereka menganggap bahan Etnografi
itu penuh dengan keanehan.
Dalam
bangsa Eropa timbul 3 sikap yang bertentangan terhadap bangsa Asia, Afrika,
Oseania dan orang-orang Indian di Amerika, yaitu :
i.
Beberapa orang Eropa melihat
sifat buruk bangsa tersebut . bangsa Eropa menganggap mereka adalah manusia
liar ( savages, primitive )
ii.
Beberapa orang Eropa
melihat sifat baik bangsa tersebut . mereka beranggapan masyarakat bangsa
tersebut adalah masyarakat yang masih murni, belum tercemar oleh
keburukan-keburukan seperti halnya masyarakat Eropa saat itu.
iii.
Beberapa orang Eropa
tertarik dengan adapt istiadat bangsa-bangsa tersebut, yang mereka anggap aneh.
Mereka mengumpulkan benda-benda kebudayaan bangsa tersebut, menghimpunnya dan menempatkannya
di mudeum, agar bias dilihat orang banyak. Maka muncullah museum-museum pertama
tentang kebudayaan bangsa-bangsa luar Eropa.
Pada
awal abad 19, muncul perhatian yang sangat besar terhadap etnografi tersebut.
Timbul usaha-usaha dari dunia ilmiah untuk mengintegrasikan himpunan
pengetahuan Etnografi menjadi satu.
v FASE KEDUA
Pertengahan
abad 19, integrasi muncul. Bahan-bahan Etnografi disusun menjadi sebuah
karangan-karangan. Penyusunan bahan Etnografi tersebut bardasarkan cara
berfikir evolusi masyarakat, yaitu perkembangan masyarakat dan kenudayaan
sangatlah lambat. Di mulai dari tingkat terrendah melalui beberapa proses, yang
akhirnya sampai di tingkat tertinggi. Masyarakat yang masih ada di tingkat
rendah dari kebudayaan manusia zaman dahulu, mereka adalah salah satu contoh
masyarakat primitive. Dan contoh untuk masyarakat yang ada di tingkat tinggi
adalah bangsa Eropa sendiri.
Sekitar
tahun 1860 muncul karangan yang mengklasifikasikan aneka kebudayaan di dunia ke
dalam tingkat evolusi tertentu. Maka muncullah ilmu antropologi.
Dengan
meneliti bangsa-bangsa di luar Eropa, dapat menambah pengetahuan tentang
sejarah penyebaran kebudayaan manusia. Antropologi merupakan ilmu yang tidak
mempunyai tujuan secara langsung bersifat praktis dan hanya dilakukan di
kalangan sarjana universitas.
Tujuan
antropologi pada fase kedua ini adalah akademis, yaitu mempelajari masyarakat dan
kebudayaan primitif dengan maksud untuk memperoleh pemahaman tentang
tingkat-tingkat sejarah penyebaran kebudayaan manusia.
v FASE KETIGA
Dalam
fase ketiga ini, olmu antropologi menjadi ilmu yang praktis, yang bertujuan
mampalajari masyarakat fan kebudayaan suku-suku bangsa di luar Eropa guna
kepentingan pemerintah kolonial dan guna mendapat pengertian tentang masyarakat
masa kini yang kompleks. Berikut panjalasannya :
Awal
abad 20, negara-negara penjajah di Eropa berhasil memantapkan kekuasaannya di
daerah-daerah jajahannya di luar Eropa. Dalam hak ini, ilmu antropologi sangat
penting karena menyangkut juga tentang pentingnya dalam mempelajari kebudayaan
bangsa-bangsa di luar Eropa, yang masih mempunyai masyarakat yang belum
kompleks. Ilmu antropologi nerkembang di negara-negara pemjajah, terutama
Inggris. Bahkan berkembang juga di negara Amerika Serikat, yang bukan merupakan
negara kolonial.
v FASE KEEMPAT
Ilma
Antropologi mengalami perkembangan yang sangat pesat, diantaranya pengetahuan
yang jauh lebih teliti fan metode-metode ilmiahnya yang semakin tajam. Perkembangan
ini menyebabkan :
1.
Timbulnya antipati
kolonialisme serelah Perang Dunia 2.
2.
sekitar tahun 1930
bangsa primitive mulai hilang dan benar-benar hilang setelah Perang Dunia 2.
Lapangan
penelitian ilmu Antropologi berhasil berkembang dengan tujuan dan pokok yang
baru, dengan berlandaskan bahan etnologi dan metode ilmiah yang lalu. Pokok
tujuan yang baru itu ditinjau dan diteliti di dalam suatu simposium oleh 60
tokoh ahli antropologi dari negara-negara di Amerika dan Eropa pada tahun 1951
. penekitian tifak hanya tertuju pada penduduk pedesaan di luar Eripa, tetapi
juga suku bangsa pedesaan di Eropa, seperti bangsa Irlandis, Flam, Soami, dll.
Ilmu Antropologi ada 2 tujuan, yaitu :
1.
Tujuan akademis :
mempelajari pengertian manusia beserta bentuk fisik, masyarakat dan
kebudayaannya.
2.
Tujuan praktis :
mempelajari manusia dalam berbagai masyarakat suku bangsa guna membangun
masyarakat suku bangsa tersebut.
ANTROPOLOGI MASA KINI
Di
Amerika Serikat, ilmu Antropologi telah mengintegrasikan semua bahan dan metode
dari ilmu antropologi dalam fase pertama hingga ketiga, ditambah
spesialisasi-spesilisasi yang dikembangkan untuk mencapai pengertian dasar dari
berbagai bentuk masyarakat dan budaya manusia saat ini. Fase keempat dari ilmu
Antropologi telah dikembangkan juga di berbagai universitas di Amerika.
Di Inggris dan Australia, sifat ilmu
Antropologi berubah, karena sebagai dampak dari hilangnya daerah-daerah jajahan
Inggris. Sarjana antropologi bangsa Australia mempelajari suku bangsa asli di
Papua Nugini dan Kepulauan Melanesia untuk keperluan pemerintah jajahannya.
Metode-metode antropologi yang telah berkembang di Amerika juga ikut berkembang
di Inggris, terbukti dengan penelitian sarjana antropologi Inggris mengenai
dasar masyarakat dan kebudayaan manusia di daerah jajahan yang sudah merdeka.
Di Eropa Tengah sifat antropologi
fase yang kedua masih dilakukan. Yaitu yang bertujuan untuk memperoleh
pemahaman tentang tingkat-tingkat sejarah penyebaran kebudayaan manusia. Di
Eropa Utara ilmu antropologi bersifat akademikal, yaitu mempelajari manusia,
bentuk fisik serta kebudayaannya. Di Uni Soviet ilmu antropologi tidak terlalu
dikenal karena Uni Soviet seakan-akan mengisolasi diridari dunia lain pada
tahun 1960.
DAFTAR PUSTAKA
·
Harsojo,
Prof. 1982. Pengantar Antropologi. Bandung: Bina Cipta
·
http://id.wikipedia.org/wiki/Antropologi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar